Keseruan Mengikuti Program Kampus Mengajar

Kampus mengajar adalah salah satu program merdeka belajar yang menawarkan pengalaman nyata menjadi seorang guru, dan menghadapi siswa di kelas.

Halo sobat tweeters, ada cerita baru lagi nih... Sebenarnya topik cerita mengenai pengalaman mengikuti program kampus mengajar sudah pernah di share pada tahun 2022 lalu.

Namun hal yang membedakan cerita pengalaman ini dengan cerita sebelumnya adalah mengenai angle yang digunakan. Karena artikel ini akan berfokus pada sisi pengalamannya saja, dan tidak lagi mengutarakan teknis.

Akan tetapi jika kalian ingin mengetahui cerita mengenai teknis pelaksanaan program kampus mengajar, kalian bisa membacanya melalui artikel ini: Pengalaman Mengikuti Program Kampus Mengajar, Benefit Syarat Dan Juga Teknis Pelaksanaanya

Kampus-Mengajar-1
Kampus Mengajar. Dok: ©dindaaa.sab

Oke, cerita pengalaman ini di bagikan oleh Adinda Sabila, salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Untirta, yang baru saja menyelesaikan program kampus mengajar tahun ini (2023).

Jadi masih membekas banget tuh kenangan dan keseruannya.

Latar Belakang Mengikuti Program Kampus Mengajar

Cerita ini kita mulai dari latarbelakang dan juga motivasi mengikuti program kampus Mengajar.

Sebetulnya dalam penuturan Dinda, mulanya ia tidak memiliki niat mengikuti program kampus mengajar, karena memang belum pernah mencari tau lebih lanjut mengenai program ini.

Rasa penasaranya baru muncul ketika dua teman indekosnya, sedang mempersiapkan berkas pendaftaran.

Dan dari situlah Dinda mulai tergerak hatinya, untuk browsing, mencari informasi lebih jauh, dan mulai mendapatkan keyakinan untuk mendaftar Program Kampus Mengajar ini.

Beruntungnya pada saat itu masa Pendaftaran dan peng-upload-an berkas diperpanjang, dan hal itu tidak ia sia-siakan.

Di samping itu, Dinda juga menceritakan niat baiknya kepada orangtua terkait Program Kampus Mengajar ini, memberitahukan juga sekaitan dengan benefit yang nantinya didapatkan bila diterima. Dan ia pun direstui.

Dari hal yang ia ceritakan, terdapat dua variabel yang akhirnya menjadi ihwal lahirnya sebuah niat, yakni teman dan juga orangtua.

Jadi tidak salah bila ada ungkapan, bahwa mesti bergaul dengan orang yang baik, rajin, dan sifat positif lainnya, karena hal tersebut akan menular ke diri kita sendiri. Selain itu izin dan restu orangtua juga penting sebagai langkah awal terbukanya pintu keberkahan.

Singkat cerita, Dinda pun diterima di Program Kampus Mengajar ini. Dan mari kita simak cerita pengalamannya dalam mengikuti program dan berinteraksi kepada peserta didik.

Pengalaman Selama Mengajar

Dinda mengaku kaget, karena di dalam pikirannya mengajar anak SD itu mudah.

"Toh cuma ngajar anak anak aja kan, materi yang disampaikan juga masih terbilang simpel-simpel aja"

Namun nyatanya tidak demikian :)

Karena letak tantangannya bukan mengenai materi ajar yang hendak disampaikan, melainkan bagaimana cara menguasai kelas, terlebih peserta didik yang dihadapi adalah anak-anak kelas 1 SD, yang dimana fokusnya mudah teralihkan.

"Kalau aku ngomong, mereka ikut ngomong"

Pengalaman-Kampus-Mengajar-2 Pengalaman-Kampus-Mengajar-3 Pengalaman-Kampus-Mengajar-4

Dalam tampilan mobile, gulirkan ke samping gambar di atas untuk melihat deretan kegiatan

Namun tentu disinilah gunanya Program Kampus Mengajar ini, karena memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa dalam mengahadapi situasi di kelas.

Dinda pun mengaku akhirnya belajar lagi mulai dari; Bagaimana sih cara menguasai kelas; kemudian juga Bagaimana cara agar peserta didik fokus terhadap materi pembelajaran yang hendak disampaikan?

Dan berkat itu pula ia akhirnya menyisipkan beberapa ice breaking untuk menarik perhatian peserta didik, jika dirasa fokus mereka sudah teralihkan ke hal diluar pembelajaran.

Mengenai karakteristik peserta didik yang unik, bagaimana cara menghadapinya?

Dinda bercerita bahwa dirinya sebetulnya sudah sering melakukan interaksi kepada anak-anak, namun di dalam pengalamannya saat mengikuti Program Kampus Mengajar tersebut, ia mengaku bahwa lebih banyak lagi bertemu peserta didik dengan karakteristik yang beragam.

"Mereka itu ada yang aktif banget, suka cerita di kelas, tapi juga ada yang pendiam, jadi membutuhkan usaha lebih untuk bisa didekati."

Dinda menuturkan bahwa pendekatan emosional kepada peserta didik itu berbeda-beda, tidak bisa dipukul rata.

"Pernah ada salah seorang peserta didik, yang nampak dikucilkan, duduk sendirian di kursi paling belakang, kemudian minim melakukan interaksi kepada teman-temannya."

Mengetahui hal tersebut, Dinda mencoba memberikan perhatian lebih kepada peserta didik tersebut, ia juga mencari tau latarbelakang orangtua peserta didik.

Berdasarkan pengamatannya, ternyata sikap peserta didik di dalam kelas, berkaitan dengan cara orangtua memberikan perhatian dan pola asuhnya terhadap anak di rumah.

Selain itu Dinda juga mengatakan bahwa menjadi guru itu bukan hanya soal mentransfer ilmu, akan tetapi guru juga wajib memberikan contoh baik kepada tiap peserta didiknya. Terlebih perkembangan zaman membuat peserta didik dapat lebih mudah mengakses informasi yang tidak terfilterisasi dengan baik,

"Ada beberapa peserta didik yang bicaranya agak kasar, mungkin karena faktor lingkungan kali ya. Tentunya itu menjadi tantangan tersendiri dalam mengahadapi dan memberikan teladan yang baik."

Menjadi guru itu mesti tegas, dan siap menjadi teladan, karena guru itu digugu dan ditiru.

Perbedaan Murid Zaman Sekarang Dengan Zaman Dulu

Dalam menjawab pertanyaan ini tentunya Dinda memberikan pandangan berdasarkan kesesuaian usia dia saat ini.

"Aku sering banget membandingkan diri aku yang saat itu sedang mengajar di dalam kelas, dengan zaman aku dulu berada di kelas sebagai siswa. dan aku merasakan perbedaannya."

"Menurutku karena mereka mendapatkan akses informasi tidak sekedar dari buku, melainkan juga gadget, mereka itu lebih cepat menangkap informasi dari luar, dan obrolan meraka pun bisa dibilang lebih canggih, dan itu mungkin salah satu dampak positifnya, mereka lebih banyak pengetahuan tidak hanya melalui pembelajaran di kelas."

"Akan tetapi dampak negatifnya adalah, seringkali mereka sulit dikontrol karena banyak diantaranya yang jadinya lebih suka main"

Berdasarkan pernyataan tersebut Dinda juga memiliki harapan kepada para orangtua untuk bisa lebih mengawasi dan membatasi penggunaan gadget untuk mengakses game, maupun hal lainnya yang mestinya belum boleh diakses pada rentang usia anak tersebut.

Seberapa Bagus Program Kampus Mengajar?

Dinda mengatakan bahwa Program Kampus Mengajar adalah program yang bagus, karena selain mendapatkan benefit berupa Tunjangan UKT, kemudian juga uang saku dan konversi nilai akademik, melalui program ini juga memberikan pengalaman konkret kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa dalam program studi yang relevan seperti keguruan.

"Aku jadi lebih banyak tau bagaimana mengahadapi situasi di dalam kelas, berinteraksi dengan banyak peserta didik dengan beragam karakter, juga melatih aku untuk bisa problem solving dan berpikir kritis. Tentu pengalaman yang mahal, mengingat hal ini tidak bisa didapatkan di ruang kelas perkuliahan, pokoknya aku sangat bersyukur bisa mengikuti program tersebut"

Jadi Apakah Kamu Tertarik Menjadi Guru?

Dinda menceritakan bahwa menjadi Guru SD itu, dirinya sangat kewalahan, karena mungkin program studi yang ia jalani difokuskan untuk mengajar di jenjang SMP dan SMA.

"Dalam konteks yang lebih luas, menjadi guru itu adalah salah satu profesi yang memberikan keberkahan, karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan sebaik-baik orang yang berilmu adalah orang yang menyebarkan ilmunya dan mengajarkan orang lain. "

"Akan tetapi yang masih menjadi perhatian khusus, ialah mengenai kesejahteraan guru. Karena biar bagaimanapun kesejahteraan guru juga perlu diperhatikan, dan hal ini menjadi salah satu variabel majunya pendidikan di sebuah negara."

Pesan Untuk Mahasiswa yang Masih Ragu Mengikuti Program ini

Dinda memberikan pesan bahwa, "Kalian gak sendirian, bahwa aku juga pernah dalam posisi ragu untuk mengikuti program ini"

Tapi ia akhirnya memutuskan untuk mendaftar, meskipun dibalik itu ia juga bersyukur karena berdiri di lingkungan yang mendukung untuk mendaftar, kemudian restu orangtua, semangat dari teman teman, dan yang paling utama adalah kemauan dari diri sendiri juga.

"Apalagi jika kalian masih semester awal, yang masih semangat semangatnya cari pengalaman, dan kampus mengajar ini salah satu program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang bagus banget, banyak benefitnya, dan yang terpenting menambah pengalaman yang luar biasa."


Demikian cerita kali ini semoga bisa menginspirasi, dan menjadi ihwal hilangnya rasa ragu kalian untuk mengambil bagian dari Program Kampus Mengajar ini.

Bila ada pengalaman menarik yang ingin kalian bagikan, silakan hubungi admin melalui halaman kontak web.

Baca Juga:

Tentang Penulis

Hidup adalah untaian makna dari kata yang ditulis semesta

Posting Komentar

Mari kita diskusikan bersama...
Gunakanlah kata-kata yang sopan, dengan tidak menggunakan unsur-unsur kekerasan, sara, dan menyudutkan seseorang. Terima Kasih
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
[]