Pembelajaran Aktif: Karakteristik dan Penerapannya

Poin penting dalam penerapan pembelajaran aktif ini adalah, peserta didik dapat terlibat secara langsung dalam proses berpikir, berdiskusi...

Pembelajaran aktif atau dalam istilah asing disebut sebagai Active Learning merupakan sebuah metode atau strategi belajar yang menitikberatkan pada proses interaksi yang dilakukan oleh guru maupun instruktur kepada anak didiknya.

Poin penting dalam penerapan pembelajaran aktif ini adalah, peserta didik dapat terlibat secara langsung dalam proses berpikir, berdiskusi, menyelidiki, menyelesaikan masalah, membuat kesimpulan sebagai representasi pemahaman diri hingga menciptakan.

Hal tersebut akan melatih keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah, bergumul dengan pertanyaan kompleks, berfikir kritis, membuat keputusan, mengusulkan solusi, hingga menjelaskan ide dengan kata-kata mereka sendiri melalui tulisan maupun diskusi. 

Jika hal di atas terlaksana, maka guru sebagai pendidik secara otomatis dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna terhadap peserta didiknya, sehingga tujuan pembelajaran yang dicapai tidak hanya direpresentasikan melalui capaian nilai, melainkan benar-benar berdasar pada perkembangan pemahaman peserta didik terhadap materi.

Pembelajaran Aktif: Karakteristik dan Penerapannya
Ilustrasi: National Cancer Institute (Unsplash)

Pembelajaran aktif (active learning) merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan pendidik untuk memperkuat pemahaman dan memikat respon peserta didik dalam pembelajaran, selain itu suasana yang terbangun dalam pembelajaran di kelas juga menjadi menyenangkan.

Pengertian Pembelajaran Aktif 

Menurut Zaini, dkk (2002) dalam buku, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi menekankan bahwa pembelajaran aktif adalah proses belajar dimana peserta didik mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman dari pada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan.

Menurut Silberman (2010) dalam buku, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, menyebutkan bahwa pembelajaran aktif merupakan kegiatan belajar yang lebih memicu peserta didik untuk terlibat secara langsung melalui pengalaman nyata daripada konsep atau sekedar teori. Disebut belajar aktif apabila pelajar senang untuk mencari sesuatu yang dapat ditunjukkan dengan menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan. 

Menurut Soegeng (2012) dalam buku, Pengembangan Sistem Pembelajaran, mengatakan bahwa pembelajaran aktif ialah kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam melakukan suatu hal dan memikirkan apa yang sedang peserta didik lakukan.

Menurut Warsono dan Hariyanto (2012), dalam buku Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, menuturkan bahwa pembelajaran aktif ialah metode pengajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, yang mengondisikan peserta didik selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran.

Menurut Suyadi (2013) dalam buku Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, menuturkan bahwa pembelajaran aktif merupakan segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa ataupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. 

Menurut Amri (2015) dalam buku, Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013, menegaskan bahwa pembelajaran aktif adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan para peserta didik dalam melakukan suatu hal dan memikirkan apa yang sedang mereka lakukan. Dua asumsi dasar dalam pembelajaran aktif yakni, belajar pada dasarnya adalah proses yang aktif, dan orang yang berbeda, belajar dalam cara yang berbeda pula. 

Karakteristik dan Ciri Pembelajaran Aktif

Mengacu pada apa yang diterangkan Suyadi (2013), bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi karakteristik pembelajaran aktif (active learning) yang menjadi ciri pembeda dengan metode pembelajaran lain, diantaranya adalah sebagai berikut:

Menitikberatkan pada proses pembelajaran, bukan kepada cara guru dalam menyampaikan materi. Proses yang dimaksud adalah upaya dalam menanamkan nilai kerja keras kepada peserta didik. Esensi dari pembelajaran tidak lagi sekedar transfer of knowledge (mentransfer ilmu) melainkan juga transfer of values (mentransfer nilai). Dalam konteks ini, nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai pendidikan karakter, diantaranya adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Jangan biarkan peserta didik pasif, pastikan guru mengemas materi pembelajaran yang interaktif, sehingga akan memicu motivasi peserta didik dalam berpartisipasi dalam pembelajaran di ruang kelas.

Menekankan eksplorasi nilai-nilai dan sikap yang berkenaan dengan materi pembelajaran. Dalam konteks ini peserta didik berhak menerima materi pembelajaran yang selaras dengan capaian atau tujuan pembelajaran yang telah dikemukakan di awal pertemuan. Peserta didik juga berhak mengingatkan dan mempertanyakan kepada guru jika mendapati materi yang disampaikan tidak sesuai atau sedikit melenceng dari yang semestinya. Pola pembelajaran ini merupakan proses pembentukan sikap secara matang. 

Peserta didik diharapkan berpikir kritis, dalam mengidentifikasi, menganalisis dan melakukan evaluasi terhadap materi, sehingga tidak berkecenderungan melakukan penghafalan terhadap teori.

Guru akan lebih cepat mendapatkan umpan balik dalam proses dialektika saat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang dialogis, secara tidak langsung dapat membentuk karakter peserta didik yang demokratis, pluralis, menghargai perbedaan pendapat, inklusif, terbuka dan humanitas tinggi.

Sejalan dengan Suyadi, Effendi (2013), juga menuturkan ciri-ciri pembelajaran aktif (active learning) sebagai berikut:

Situasi kelas saat pembelajaran memicu peserta didik melakukan kegiatan belajar secara bebas namun tetap terkendali

Pendidik tidak lagi mendominasi pembicaraan di kelas melainkan banyak memberikan rangsangan berpikir kepada peserta didik untuk memecahkan masalah. 

Pendidik menyediakan dan mengupayakan sumber belajar bagi peserta didik, dengan melibatkan kebaruan dengan memanfaatkan teknologi, bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya peserta didik itu sendiri menjelaskan permasalahan kepada peserta didik lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk pendidik sendiri sebagai sumber belajar. 

Kegiatan belajar peserta didik bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua peserta didik, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-masing peserta didik secara mandiri. Pemilihan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik, terencan dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Pendidik menempatkan diri sebagai pembimbing semua peserta didik yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi persoalan belajar. 

Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang baku, tapi sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Hasil belajar peserta didik tidak hanya dilihat dan diukur melalui parameter nilai pasca tes, melain juga mempertimbangkan proses belajar yang dilakukan peserta didik.

Adanya keberanian peserta didik mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan ataupun gagasan dalam bentuk pernyataan, baik yang diajukan kepada pendidik maupun kepada peserta didik lainnya dalam pemecahan masalah belajar.

Pendidik senantiasa menghargai pendapat peserta didik terlepas dari benar atau salah. Bahkan pendidik harus mendorong peserta didik agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.

Prinsip Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif pada prinsipnya mirop dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau ALIS (Active Learning In School). Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran aktif diantaranya adalah:

Prinsip melakukan, atau jika meminjam istilah CBSA disebut sebagai “belajar sambil bekerja”, pada dasarnya pembelajaran itu harus membuat peserta didik berbuat sesuatu, bukan tinggal diam, berpangku tangan. 

Prinsip menggunakan semua alat indra (panca indra), artinya dalam suatu pembelajaran hendaknya melibatkan semua alat indra untuk mengilhami peserta didik atas informasi ataupun pengetahuan. Dengan melibatkan semua indra (se-optimal mungkin) peserta didik akan memperoleh pengetahuan atau informasi yang lebih mengesankan, tidak mudah dilupakan karena bukan sekedar hafalan.

Prinsip eksplorasi lingkungan, bahwa pembelajaran aktif juga dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sarana media atau sumber belajar. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa objek (benda-benda), tempat (situasi dan kondisi), kejadian atau peristiwa dan ide atau gagasan.

Beberapa aktivitas pembelajaran yang khas dan hanya terjadi di dalam pembelajaran aktif antara lain yaitu sebagai berikut: 

Pengamatan terhadap beberapa model atau contoh yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi, melihat dan mengetahui. 

Refleksi yang dilakukan dengan cara mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru, berpeluang mengundang dialog di dalam kelas sehingga memungkinkan muncul pengalaman atau pengetahuan baru.

Pemecahan masalah yang disajikan memantik peserta didik untuk melakukan keterampilan berpikir tingkat tinggin (higher-order thinking skill)

Diskusi melatih siswa untuk menganalisis, menilai, membandingkan, dan memecahkan masalah adalah metode belajar kooperatif dan interaktif.

Self explanation adalah suatu proses menjelaskan mengenai pemahaman siswa, baik kepada temannya maupun guru memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih kuat. 

Vicarious learning yang diperoleh pada saat siswa menyaksikan perdebatan mengenai topik tertentu.

Manfaat Penerapan Pembelajaran Aktif (Active Learning)

  1. Membuka peta jalan bagi siswa untuk belajar karena telah terbiasa memproses materi pembelajaran melalui berpikir kritis, menulis, berbicara, dan pemecahan masalah.
  2. Menerapkan pengetahuan baru membantu siswa menyandikan informasi, konsep, dan keterampilan dalam ingatan mereka dengan menghubungkannya dengan informasi sebelumnya, mengatur pengetahuan, dan memperkuat jalur saraf.
  3. Dapat menerima umpan balik siswa dalam proses pemahaman materi dan hal tersebut menjadikan pendidik dapat mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahpahaman dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi pelajaran.
  4. Melakukan pembelajaran yang tidak hanya seputar teori, melainkan disertai praktik membantu menciptakan hubungan pribadi siswa dengan materi, serta meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
  5. Berinteraksi dengan guru maupun teman sebaya seputar kegiatan dan tujuan pembelajaran, membantu menciptakan rasa kebersamaan di kelas.
  6. Guru dapat memperoleh lebih banyak wawasan tentang pemikiran siswa dengan mengamati dan berbicara saat pembelajaran aktif dilaksanakan.
  7. Mengetahui bagaimana siswa memahami materi membantu guru dapat menargetkan pengajaran mereka di pertemuan yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Jenis-jenis Metode/Teknik Pembelajaran Aktif

Berikut ini akan disajikan jenis-jenis Teknik pembelajaran aktif yang dapat diterapkan pada saat pembelajaran di dalam kelas, diantaranya adalah:

Think-Pair-Share

Dalam penerapan teknik ini peserta didik diberi pertanyaan atau persoalan untuk kemudian dicermati dan dipikirkan selama kurang lebih 2-5 menit (Think). Kemudian minta masing-masing siswa untuk mendiskusikan jawaban atau pendapatnya dengan teman yang duduk disebelahnya (Pair).

Setelah hal tersebut dilakukan, selanjutnya guru dapat menunjuk satu atau lebih siswa untuk menyampaikan pendapatnya atas pertanyaan maupun soal yang telah diberikan sebelumnya di depan kelas (share). 

Teknik ini dapat diimplementasikan pasca menyelesaikan pembahasan mengenai satu topik materi ajar, semisal setelah 15-20 menit pembelajaran berlangsung. Setelah selesai, kemudian dilanjutkan dengan membahas topik berikutnya untuk kemudian dilakukan cara ini kembali setelah topik tersebut selesai dijelaskan.

Collaborative Learning Groups

Teknik Collaborative Learning Groups  memungkinkan guru untuk membagi kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa (dapat bersifat tetap sepanjang semester maupun jangka pendek) yang di dalam kelompok tersebut telah disepakati salah seorangnya menjadi ketua kelompok.

Kemudian masing-masing kelompok tersebut diberikan tugas untuk didiskusikan bersama, baik tugas yang akan menjadi pekerjaan rumah, maupun yang dilaksanakan secara langsung. Dari tugas yang diberikan, guru dapat meminta siswa untuk membuat catatan singkat, makalah maupun juga salah satu kelompok nantinya mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Role Playing (bermain peran)

Bermain peran adalah teknik pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, ataupuj juga kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role play misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai, pembeli dan penjual dengan latar pasar, ataupun juga jurnalis yang sedang melaporkan suatu peristiwa, dsb.

Active debate (debat aktif)

Teknik ini mendorong pemikiran dan perenungan terutama jika siswa diharapkan mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Debat bisa menjadi salah satu metode berharga yang dapat memicu siswa dalam berargumen, melatih kemampuan  berbicara, berkomunikasi serta berpikir kritis.

Teknik ini dapat diimplementasikan oleh guru pada materi pembelajaran yang memiliki pro-kontra.

Student-led Review Session

Teknik ini menekankan kepada peran pengajar yang digantikan oleh siswa. Dalam artinya guru sebagau pengajar hanya bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Teknik ini dapat digunakan pada sesi review terhadap materi ajar.

Pada bagian pertama dari belajar, kelompok-kelompok kecil siswa diminta untuk mendiskusikan hal-hal yang dianggap belum dipahami dari materi tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa yang lain menjawabnya.

Kemudian pada bagian kedua kegiatan ini dilakukan untuk seluruh kelas. Proses ini dipimpin oleh siswa dan pengajar lebih berperan untuk mengklarifikasi hal-hal yang menjadi bahasan dalam proses pembelajaran tersebut.

Poster comment (mengomentari gambar)

Teknik ini dapat digunakan oleh guru untuk merangsang peserta didik dalam menemukan ide yang terkandung dalam suatu gambar yang telah dipersiapkan. Gambar tersebut berhubungan dengan materi yang hendak diajarkan dan masih relevan dengan capaian pembelajaran.

Teknik ini akan memicu peserta didik mengeluarkan argumen atas apa yang ia lihat, kemudian dari sekumpulan argumen yang diberikan oleh beberapa peserta didik, selanjutnya akan diambil benang merahnya.

Jigsaw

Jigsaw merupakan salah satu teknik pembelajaran aktif dalam bentuk kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerja sama dan tanggung jawab. Kelebihan teknik ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dan masing-masing mereka memikul suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok.

Card Sort (Menyortir Kartu)

Card Sort adalah teknik yang bisa digunakan oleh guru dengan tujuan mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran.

Concept Mapping (Peta Konsep)

Suatu teknik yang bisa guru gunakan dengan maksud meminta peserta didik untuk membuat konsep atau kata-kata kunci dari suatu pokok persoalan sebagai rumusan inti pelajaran.

Reading Guide (Penuntun Bacaan)

Teknik ini digunakan guru dengan tujuan mengajak peserta didik untuk dapat mempelajari sesuatu dengan cara membaca suatu teks bacaan (buku, majalah, koran dan lain-lain) sesuai dengan materi bahasan.

Information Search (Mencari Informasi)

Information Search adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dengan maksud meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik oleh guru maupun peserta didik lainnya, kemudian mencari informasi jawabannya lewat membaca untuk menemukan informasi yang akurat.

Demonstration (Demonstrasi)

Suatu presentasi yang dipersiapkan dengan hati-hati untuk memperlihatkan bagaimana berperilaku atau menggunakan suatu prosedur atau alat. Presentasi dilengkapi dengan penjelasan lisan dan atau alat visual, ilustrasi dan pertanyaan.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Aktif 

Tentunya tidak ada model pembelajaran yang sempurna, karena suatu model pembelajaran dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan materi yang hendak diajarkan. Pendapat Suyadi (2013) akan menjadi rujukan untuk mengungkap kelebihan dan kekurangan pembelajaran aktif.

Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran aktif adalah: 

Peserta didik akan mendapatkan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan sehingga materi yang rumit relatif lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik.

Pembelajaran yang tidak terpaku dengan teks dan teori serta melibatkan media ajar lain menjadikan pembelajaran aktif (active learning) ini menjadi model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat peserta didik, karena kegiatan praktik sesederhana apapun dapat mengikat daya ingat pada memori jangka panjang. 

Peserta didik dapat lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, sehingga meminimalisir rasa bosan, mengantuk dan melamun, terlebih pada materi-materi yang memerlukan konsentrasi yang optimal.

Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran aktif adalah:

Jika guru tidak cermat dalam mengendalikan suasana kelas saat pembelajaran, maka bukan tidak mungkin suasana kelas menjadi gaduh akibat dari aktivitas yang ditimbulkan oleh active learning.

Demikian pembahasan mengenai Pembelajaran Aktif (Active Learning): Karakteristik dan Cara Penerapannya, semoga bermanfaat dan dapat menjawab kebutuhan anda, bila ada hal yang kurang jelas, mari diskusikan bersama melalui kolom komentar, atau dapat menghubungi admin dengan mengakses halaman kontak.

Bila kalian ingin mendownload artikel ini dalam bentuk file, kalian bisa mendownloadnya melalui ikon download di bawah ini.

active learning.docx 300 kb
Daftar Rujukan:

Amri, Sofan. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Effendi, M. 2013. Integrasi Pembelajaran Active Learning dan Internet-Based Learning dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kreativitas Belajar. Jurnal Pendidikan Islam.

Riadi, Muchlisin. (2021). Pembelajaran Aktif (Active Learning) - Pengertian, Karakteristik, Prinsip dan Jenis-jenis.

Silberman, Melvin L. 2010. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Soegeng, Ysh. A.Y. 2012. Pengembangan Sistem Pembelajaran. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD Inastitut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Baca Juga:

Tentang Penulis

Hidup adalah untaian makna dari kata yang ditulis semesta

Posting Komentar

Mari kita diskusikan bersama...
Gunakanlah kata-kata yang sopan, dengan tidak menggunakan unsur-unsur kekerasan, sara, dan menyudutkan seseorang. Terima Kasih
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
[]