Psikolinguistik: Pengertian, Sejarah serta Ruang Lingkupnya

Artikel ini akan membahas secara tuntas kajian psikolinguistik dimulai dari pengertian, sejarah perkembangannya, objek kajian serta ruang lingkup.

Bahasa merupakan sistem, alat, lambang yang digunakan dengan menghasilkan bunyi-bunyi tertentu sebagai proses berbicara yang arbitrer.

Dalam berkomunikasi, kondisi jiwa atau psikis dan otak seseorang memiliki pengaruh yang sangat penting.

Karena apa yang akan diucapkan dan disampaikan dalam pembicaraan haruslah dapat dimengerti oleh lawan bicara.

Psikolinguistik: Pengertian, Sejarah serta Ruang Lingkupnya

Maka dari itu, psikologi dan linguistik memiliki hubungan satu sama lain, sehingga hubungan ini dikembangkan menjadi satu keilmuan yaitu psikolinguistik.

Munculnya ilmu psikolinguistik sebagai sebuah disiplin ilmu dimulai ketika ahli-ahli linguistik berminat dalam psikologi dan ahli-ahli psikologi yang berminat dalam linguistik.

Para ahli ini memandang bahasa sebagai salah satu objek kajian linguistik psikologi sebagai salah satu objek kajian psikologi yang terikat dan bisa digunakan sebagai pendukung perkembangan ilmu satu dengan yang lainnya.

Kedua objek kajian itu tidak bisa dipisahkan meskipun masih bisa dibedakan.

Dengan begitu, apabila seorang linguis ingin mengkaji bahasa maka ia harus terlibat dalam pengkajian psoses berbahasa.

Begitu pula sebaliknya, Ketika seorang psikolog ingin mengkaji psoses berbahasa, maka ia harus terlibat dalam pengkajian bahasa.

Psikolinguistik juga memiliki kedekatan dan hubungan dengan ilmu lain, karena objek kajiannya masih seputar kebahasaan dalam psikis seseorang, psikolinguistik kerap bersinggungan dengan fonologi, sintaksis, dan ilmu-ilmu kebahasaan yang lain.

Pengertian Psikolinguistik

Tahun 1952 menjadi awal mula munculnya gagasan psikolinguistik. Saat itu Social Science Research Council di Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi interdisipliner.

Psikolinguistik merupakan interdisiplin antara Linguistik dan Psikologi.

Psikologi secara umum dan tradisional sering dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus; respons; dan proses pikiran sebelum stimulus dan respons itu terjadi.

Tujuan dari mengkaji proses berpikir adalah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan perilaku manusia.

Istilah linguistik berasal dari bahasa Inggris linguistics yang berarti ilmu yang mempelajari bahasa. Menurut Lyons (1995:1) linguistik merupakan kajian bahasa secara ilmiah.

Linguistik adalah studi tentang ujaran manusia termasuk unit-unitnya, hakikat bahasa, struktur, dan perubahan-perubahan bahasa.

Lain halnya Dalam Oxford Advanced Learner Dictionary (Nikelas, 1988: 10) menyatakan linguistics is the science of language, e.g. its structure, acquisition, relationship to other forms of communication.

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa, misalnya tentang struktur bahasa, pemerolehan bahasa dan tentang hubungannya dengan bentuk- bentuk lain dari komunikasi.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Linguistik ialah ilmu tentang bahasa dengan setiap karakteristiknya,

struktur-struktur yang ada didalamnya baik itu yang dikaji secara khusus seperti fonetik, morfologi, sintaksis dan semantik dan juga yang dikaji secara meluas melalui makro linguistik seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, dll.

Djoko Kentjono menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat; ilmu gabungan sosiologi dengan linguistik (1990: 14).

Fishman (1971; dalam Alwasilah 2008: 56) menyatakan bahwa sosiolinguistic is a study of who speak what language to whom and when, yang berarti sosiolinguistik adalah studi tentang siapa yang berbicara, bahasa apa yang digunakan, serta kepada siapa dan kapan ia berbicara.

Dapat dikatakan pula bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang secara khusus mempelajari masalah hubungan antar bahasa dan kaitannya dengan masyarakat.

Menurut Aitchison (1984:20) psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan pikiran. Pendapat lain tentang psikolinguistik datang dari Lyons yang menyatakan bahwa psikolinguistik merupakan telaah mengenai produksi dan rekognisi.

Adapun Lado mengatakan bahwa psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi bagi telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal yang ada kaitannya dengan iitu yang tidak begitu mudah dicapai melalui salah satu dari kedua ilmu tersebut secara terpisah.

Secara lebih rinci Chaer (2003: 6) berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.

Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Dalam kaitan ini Garnham (Musfiroh, 2002: 1) mengemukakan Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that nake it possible for people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent theory of the way in which language is produce and understood,

Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran. Dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi pikiran.

Dalam hubungan ini Osgood dan Sebeok (Pateda: 1990) menyatakan pscholinguistics deals directly with the processes of encoding and decoding as they relate states of communicators,

psikolinguistik secara langsung berhubungan dengan proses-proses mengkode dan mengerti kode seperti pesan yang disampaikan oleh orang.

Kridalaksana (1982: 140) juga menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh.

Sehingga kesimpulan dari pengertian psikoloinguistik menurut para ahli bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampaak maupun perilaku yang tidak tampak

Untuk bisa berbicara dengan baik, seseorang dituntut paham dan mengerti apa yang bisa digunakan dan tidak bisa dugunakan dalam proses kebahasaan.

Bahasa sendiri merupakan sistem, alat, lambang yang digunakan dengan menghasilkan bunyi-bunyi tertentu sebagai proses berbicara yang arbitrer.

Dalam berkomunikasi, kondisi jiwa atau psikis dan otak seseorang memiliki pengaruh yang sangat penting.

Karena apa yang akan kita ucapkan dan sampaikan dalam berbicara haruslah sesuai dan orang lain mengerti.

Maka dari itu, psikologi dan linguistik memiliki hubungan satu sama lain, sehingga hubungan ini dikembangkan menjadi satu keilmuan yaitu psikolinguistik.

Munculnya ilmu psikolinguistik sebagai sebuah disiplin ilmu dimulai ketika ahli-ahli linguistik berminat dalam psikologi dan ahli-ahli psikologi yang berminat dalam linguistik.

Para ahli ini memandang bahasa sebagai salah satu objek kajian linguistik psikologi sebagai salah satu objek kajian psikologi yang terikat dan bisa digunakan sebagai pendukung perkembangan ilmu satu dengan yang lainnya.

Kedua objek kajian itu tidak bisa dipisahkan meskipun masih bisa dibedakan.

Dengan begitu, apabila seorang linguis ingin mengkaji bahasa maka ia harus terlibat dalam pengkajian psoses berbahasa.

Begitu pula sebaliknya, Ketika seorang psikolog ingin mengkaji psoses berbahasa, maka ia harus terlibat dalam pengkajian bahasa.

Psikolinguistik juga memiliki kedekatan dan hubungan dengan ilmu lain, karena objek kajiannya masih seputar kebahasaan dalam psikis seseorang, psikolinguistik kerap bersinggungan dengan fonologi, sintaksis, dan ilmu-ilmu kebahasaan yang lain.

Sejarah Psikolinguistik

Pada zaman dahulu ada dua aliran yang berpengaruh terhadap perkembangan psikologi dan linguistik. Kedua aliran tersebut terdiri dari aliran empirisme dan aliran rasionalisme.

Sifat kedua aliran tersebut mempunyai sifat berbeda, aliran empirisme mempunyai sifat atomisik dan berhubungan dengan asosianisme dan positivisme, sedangkan aliran rasionalisme lebih bersifat holistik dan kaitan dengan negativisme, idealisme/rasionalisme, dan mentalisme.

Aliran idealisme/rasionalisme

Tokoh dari aliran idealisme adalah Van Humbolt, yaitu seorang ahli linguistik Jerman yang mengkaji hubungan bahasa dan pikiran pada abad ke-19.

Aliran ini lebih mengajak pada prinsip-prinsip akal yang berhubungan dengan bakat atau pembawaan yang bertanggung jawab untuk mengontrol prilaku manusia.

Aliran idealisme/rasionalisme meninjau akal sebagai faktor penting untuk diteliti guna untuk dapat memahami prilaku manusia.  Aliran  ini  masih  ada  hubungannya  dengan  negativme, idealisme, dan metalisme serta mempunyai sifat holistic (Ardiana, 2005).

Menurut aliran idealisme, unit dasar dari kehidupan mental adalah penelitian = misalnya: "Hari ini saya bertemu dengan orang jahat”.

Kalimat tersebut merupakan suatu penilaian yang ada di dalam pikirannya. Penilaian tersebut diperoleh dari pengetahuannya, pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir dan bernalar.

Seperti anak- anak dilahirkan dengan bekal pengetahuan tertentu yang  bersifat bawaan. Dengan bantuan penalaran, anak itu membangun pengetahuannya. Proses  memperoleh  pengetahuan  didapat  melalui apersepsi.

Apersepsi adalah tahapan akhir yang sangat mendalam, yaitu suatu objek yang diartikan itu sangat jelas dan mampu dipahami.

Pemikiran kita sekarang akan dipengarauhi oleh pemikiran kita sebelumnya, atau keseluruhan isi dari pemikiran kita selalu berkaitan, misalnya kita mempunyai ide tentang pengelolahan sampah.

Maka ide tersebut harus disampaikan dalam bentuk bahasa. Untuk itu perlu pemusatan pemikiran terhadap topik tersebut untuk menghasilkan kata- kata kemudian berkembang dalam sebuah kalimat utuh.

Pada tahap selanjutnya kita harus bersiap-siap untuk mendengarkan tanggapan tentang ide kita tersebut dan kemudian mengubahnya lagi menjadi kata- kata.

Semua kegiatan ke seluruh penilainnya ada dalam penilaian kita.

Seperti dijelaskan dalam tabel berikut.

Philosophical traditionEmpiricistIdealis/Rasionalist
Element of ConsciousnessSensation of imageJudgement
EpistemologyKnowledge through
experience “empirism”
Knowledge through
though “rationalism”
Early Knowledge
and Language
By LearningInnate
Structuring principleAssociationApperception

Aliran empirisme

Aliran emperisme berkaitan dengan psikologi asosiasi. Aliran ini lebih mengkaji hal-hal yang membentuk suatu benda hingga pada bagian-bagiannya yang mulai terkecil dan mendasarkan kajian pada  faktor-faktor luar yang diamati.

Jacob Grimm, pada abad ke-19 adalah pelopor pertama di bidang linguistik empirik. ia menciptakan hukum grimm (The lawn of grimm) yang menyatakan adanya keteraturan pada struktur bunyi pada pelbagai bahasa.

Menurut kaum emipiris, pengetahuan didapat dari pengalaman, bukan berasal dari penalaran.

Menurut aliran ini anak-anak lahir tanpa disertai pengetahuan apapun, mereka adalah tabula rasa, yaitu sesuatu yang kosong.

Mereka memperoleh pengetahuan hanya dari pengalaman. Mekanisme pembentukan pengetahuan adalah melalui asosiasi dan analogi.

Melalui hukum asosiasi, ide diubah menjadi rangakaian kata yang membentuk sebuah kalimat.

Hukum analogi menjelaskan bahwa semua keteraturan dari kejadian atau suatu peristiwa dapat dijelaskan, termasuk hukum grimm.

Sejarah Perkembangan Psikolinguistik

Sementara itu di benua Amerika kaitan antara bahasa dengan ilmu jiwa mulai tumbuh. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat tahap. Yaitu tahap formatif, tahap linguistik, tahap kognitif. dan tahap teori psikolinguistik, realita, dan ilmu kognitif

1. Tahap Formatif

Menurut (Dardjowidjojo 2005:1), tahapan ini adalah tahap awal berkembangnya psikolinguistik. Tahapan formatif ini berawal dari sebuah seminar yang diadakan di Universitas Comell pada tahun 1951. Seminar tersebut diselenggarakan oleh John B. Carrol.

Seminar tersebut berisi tentang gagasan penemuan John W. Gardner yang mengemukakan penggabungan dua disiplin ilmu psikologi dan linguistik menjadi satu disiplin ilmu.

Hingga muncul penelitian yang menggunakan istilah psikolinguistik oleh Osgood dan Sebeok pada tahun 1954.

2. Tahap Linguistik

Pada tahap yang kedua Psikolinguistik yang sebelumnya lebih condong ke arah behaviorsme. Hal ini dibantah oleh Chomsky pada tahun 1957 dengan diterbitkannya buku berjudul Syntactie Structures, serta kritik tajamnya kepada Teori Behaviorisme B.F. Skinner.

Chomsky mengatakan bahwa bahasa adalah universal yang ada kemungkinan mengarah ke pemerolehan bahasa. Kemudian mendukung adanya disiplin ilmu baru, yaitu Neurolinguistik dan Biolinguistik.

Neurolinguistik secara sederhana dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelari tentang hubungan antara bahasa dan saraf otak. Sementara ialah cabang linguistik yang mempelajari kondisi biologis dalam pengembangan dan pemakaian bahasa dalam diri manusia.

Neurolinguistik berfokus pada upaya untuk membuat sebuah model neural program yang merupakan rekonstuksi kerja otak dalam memproses kegiatan bicara, mendengar, membaca, menulis, dan berbahasa isyarat.

3. Tahap Teori Psikolinguistik

Pada tahap terakhir, psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia banyak menyangkut cabang ilmu lain (Dardjowidjojo, S, 2005).

Bahasa mempunyai hubungan yang sangat erat dengan neurologi karena kompetensi berbahasa yang dimiliki oleh manusia ternyata bukan karena lingkungannya akan tetapi karena faktor kodrat neurologis yang dibawanya sejak lahir.

Tanpa otak dan fungsi-fungsinya tidak mungkin manusia dapat berbahasa dengan lancar. Bahkan dalam proses pemerolehan pengetahuan pun ilmu filsafat juga mempunyai peranan penting.

Karena dalam proses pemerolehan pengetahuan tersebut merupakan masalah yang sudah dari zaman purba menjadi bahan perdebatan di antara para filosof, apa pengetahuan itu serta bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan tersebut.

Mehler dan Noizet menulis artikel yang berjudul “Vers une Modelle Psycholinguistique du Locuter (1974) yang membahas mengenai tiga generasi perkembangan psikolinguistik:

Tiga Generasi dalam Psikolinguistik (Parera, 1996)

1. Psikolinguistik Generasi Pertama

Dua tokoh psokolinguistik generasi pertama adalah C.Osgood dan T.Sebeok. titik pandang kedua tokoh ini berkaitan erat dengan aliran behaviorisme (aliran perilaku). Atau lebih tepat lagi dengan aliran neobehaviorisme.

Teori-teori behaviorisme ini mengidentifikasikan bahasa sebagai satu sistem respon yang langsung dan tdak langsung terhadap stimulus verbal dan nonverbal. Orientasi stimulus-respons (aksi- reaksi; atau rangsangan-balasan) ini adalah orientasi psikologi.

Artikel dari C. Osgoods dan Sebeok yang berjudul “Psycholinguistics: A Survey of Theory and Research Problems” menandakan generasi pertama periode psikolinguistik.

Sebagaimana dijelaskan bahwa sudut pandang mereka berupa aliran behaviorisme berdasarkan Piera (1996) di dalam Abdul Chaer, generasi pertama memiliki tiga kelemahan;

  • Adanya sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa yang memandang bahwa bahasa bukanlah satu tindakan atau perbuatan manusiawi, melainkan dipandang sebagai satu stimulus-respons.
  • Psikolinguistik bersifat atomistik. Sifat ini tampak jelas ketika Osgoods mengungkapkan teori pemerolehan bahasa. Bahwa jumlah pemerolehan bahasa adalah kemampuan untuk membedakan kata atau bentuk yang berbeda, dan kemampuan untuk melakukan generalisasi.
  • Bersifat individualis. Teorinya menekankan pada perilaku berbahasa individu-individu yang terisolasi dari masyarakat dan komunikasi nyata.

Tokoh lain dari generasi pertama yaitu Bloomfield dan Skinner.

2. Psikolinguistik Generasi Kedua

Teori-teori generasi pertama memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan generasi kedua seperti Noam Chomsky dan George Miller.

Berdasarakan Mehler dan Noizet, psikologi kedua telah mengatasi ciri-ciri atomistik psikolinguistik.

Pada masa ini penggabungan antara Miller dan model-model linguistik tata bahasa Chomsky yang relative berbeda dengan proses-proses psikologi.

Secara jelas dinyatakan oleh Mehler dan Noizet bahwa psikolinguistik generasi kedua anti psikologi. 

Mereeka lebih mengarah kepada manifestasi ujaran sebagai bentuk linguistik. Miller dan Noam Chomsky menyatakan beberapa hal tentang psikolinguistik generasi kedua ini dalam artikel “Some Preliminaries to Psycholinguistics.

+) Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang, dan tidak semua ciri-ciri yang terang dalam ujaran mempunyai representasi fisik. Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkan.

Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks dan menyangkut antar hubungan simbol- simbol atau lambang-lambang. Respons yang terpenggal-penggal terlalu menyederhanakan makna secara keseluruhan.

+) Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri atas satuan-satuan interaksi antara makna kata yang terdapat dalam kalimat tersebut. Kalimat-kalimat itu tersusun secara hirarkis, tetapi belum cukup menjelaskan wujud luar linguistik.

+) Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat diejawantahkan tidak terbatas jumlahnya. Pengetahuan seseorang akan bahasa harus dikaitkan dengan kemampuan seseorang menyusun bahasa dalam sistem sintaksis dan semantik.

+) Harus  dibedakan  antara  pendeksripsian  bahasa  dengan pendeskripsian pemakaian bahasa. Seorang ahli psikolinguistik harus merumuskan model-model pengejawantahan bahasa yang dapat meliputi pengetahuan kaidah bahasa.

Ada komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini tidak bergantung pada intelegensi dan besarnya otak, melainkan bergantung pada manusia.

3. Psikolinguistik Generasi Ketiga

Psikolinguistik generasi kedua menyatakan bahwa analisis mereka mengakui bahasa telah melampaui batas kalimat. Namun, pada kenyataannya, analisis mereka baru sampai pada tahap kalimat saja, belum pada wacana.

Kekurangan analisis pada psikolinguistik generasi kedua kemudian diperbaharui oleh psikolinguistik generasi ketiga. G. Werstch dalam bukunya berjudul "Two Problems for the New Psycholinguistics" memberi karakteristik baru. Ilmu ini sebagai “psikolinguistik baru.”

Beberapa Ciri Psiklonguistik Generasi Ketiga:

+) Orientasi kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku.

Seperti yang diungkapkan Fresse dan Al Vallon (Prancis) dan psikolog Uni Soviet, telah terjadi proses serempak dari informasi psikologi dan linguistik. Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat”, dan lebih mengarah pada “psikolnguistik situasi dan konteks.”

+) Adanya pergeseran dari analisis proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran.

+) Perbedaan pendapat mengenai Psikolinguistik yang dibedakan menjadi beberapa generasi ini memberikan gambaran nyata bahwa ilmu ini terus berkembang. Bahwa perbedaan pendapat dan pandangan tentang lahirnya sebuah ilmu baru adalah hal yang lumrah. Sehingga, jika ilmu psikolinguistik ini tetap melahirkan banyak perbedaan di antara para ahli, hal tersebut adalah wajar.

Tokoh-tokoh psikolinguistik

Kerjasama anatara ilmu linguistik dan psikologi sudah ada jauh sebelum psikolinguistik diakui sebagai disiplin ilmu mandiri. Seorang linguis Jerman, Wilhme Von Humbolt (1767-1835) pada awal abad ke-19 telah merintis kejian tentang hubungan bahasa dan pikiran.

Ia memperkenalkannya dengan nama psikologi bahasa. Materi dalam psikologi bahasa tidak jauh berbeda dengan materi psikoinguistik.

Menuju perkembangan psikolinguistik, pakar linguistik berminat untuk mendalami psikologi dan pakar psikologi mendalami linguistik.

Beberapa pakar linguistik yang mendalami psikologi antara lain yaitu: (1) Von Humboldt (1767-1835) bahwa bahasa adalah suatu kegiatan yang mempunyai suatu prinsip-prinsip sendiri yang berbeda dengan bahasa negara lain yang berdasarkan oleh akal atau pandangan hidup.

(2) Ferdinand de Saussure (1858-1913),  menerangkan  bahwa  bahasa  pada  dasarnya  bersifat psikologis.

Pada awal abad ke-20 Saussure sudah menjelaskan apa bahasa itu dan bagaimana keberadaan bahasa itu didalam suatu otak (psikologi). Saussure menggenalkan konsep langue (bahasa), language (ucapan), dan parole (tuturan).

Berdasarkan hal itu objek kajian linguistik menurut  Saussure adalah langue, sedangkan parole termasuk kajian psikologi. Jadi, untuk mengkaji bahasa secara komprehensif  juga diperlukan ilmu psikologi yang memadai

(3) Edward Sapir (1884-1937) mengunggkapkan bahwa struktur bahasa juga menentukan struktur pemikiran. Menurut Sapir, kajian bahasa berhubungan dengan psikologi yang mampu memberikan  dasar  yang  kuat.  Kajian  bahasa  berhubungan  dengan psikologi gestalt dan sebaliknya.

(4) Leonard Bloomfiled (1887-1947), pakar linguistik dari Amerika. Beliau menerapkan teori psikologi behaviorisme, ia menerapkan psikologi behaviorisme ke dalam teori bahasanya yang terkenal dengan nama Linguistik structuralatau linguistik tekstonomi.

(5) Otto Jospersen, pakar linguist ic berkebangsaan Denmark. Beliau berpendapat bahwa lambamg-lambang bahasa pada otak melambangkan pikiran dan memunculkannya dalam prilaku.

Sedangkan beberapa pakar psikologi yang mendalami linguistik antara lain:  (1)  John  Dewey (1859-1957),  pakar  linguistic  berkebangsaan Amerika. Menerapkan bahwa perbedaan perubahan psikologi juga berpengaruh dengan bahasa yang digunakan.

(2) Wundt (1832-1920), ahli psikologi dari Jerman. Beliau berpendapat bahwa bahasa merupakan alat untuk menggembangkan pikiran.

(3) Watson (1878-1958), ahli behaviorisme berkebangsaan Amerika. Watson berpendapat dalam berprilaku berbahasa sama halnya dengan menerima stimulus-respons

(4) Weiss, ahli psikologi behaviorisme Amerika. Pada dasarnya pendapat Weiss memiliki kesamaan dari para pakar psikologi yang mendalami linguistik.

Kolaborasi Bidang Kajian Psikologi dan Linguistik

Heyman Steinthal dan Moritz Lazarus memulai kerjasama untuk mempersatupadukan antara linguistik dan psikologi.

Pada tahun 1860, dalam kajian, Steinthal mengungkapkan bahwa untuk mendalami akal secara jauh harus mengerti bahasa.

Dan tanpa adanya bahasa, psikologi tidak akan terungkap. Selain itu kerjasama dilakukan oleh Albert Thumb (ahli linguistik) dengan Karl Marb (ahli psikologi) pada tahun 1901 di  Jerman (Ardiana, 2005).

Bentuk penelitian menyudutkan psikologi eksperimental untuk lebih mendalami bahasa tuturan. Jadi antara psikologi dan bahasa saling memengaruhi dan mengandung keterkaitan satu sama lain.

Di Amerika Serikat terjalin kerjasama pada tahun 1951 di Universitas Cornell  yang  mempertemukan  pakar-pakar,  antara  lain:  pakar ahli psikologi (Osgood),  pakar linguistik (Sebeok),  dan pakar psikologi (Carol).

Pakar Ahli memberikan jawaban kerjasama psikologi dan linguistik, antara lain:

  1. Psikolinguistik merupakan elemen bahasa dan psikologi yang saling berhubungan.
  2. Psikolinguistik sebuah teori pemerolehan bahasa dan prilaku manusia.
  3. Psikolinguistik sebuah teori informasi.

Psikolinguistik sebagai disiplin mandiri

Psikolinguistik adalah ilmu hibridasi antara psikologi dan linguistic karena merupakan hibridasi, sejarah ilmu psikolinguistik ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu psikologi dan ilmu linguistik.

Tokoh- tokoh psikologi dan tokoh-tokoh linguistik saling memberikan kontribusi pada  sejarah  perkembangan  ilmu  psikolinguistik. 

Berbagai  kajian psikologi dipakai untuk menjelaskan kajian linguistik dan berlaku sebaliknya. Kajian linguistik dipakai untuk menjelaskan kajian psikologi.

Psikolinguistik sebagai disiplin mandiri memiliki tahap untuk mencapai tingkat dari kebenaran ilmu psikologi dan linguistik yang disatukan menjadi psikolinguistik.

Psikolinguistik sebagai disiplin mandiri Karena bidang ilmu psikolinguistik memiliki objek atau sistem terarah dan dapat berdiri sendiri.

Georg A Miller menyatakan bahwa otak manusia banyak memperoleh bahasa, sedangkan otak manusia pasti berkerja untuk menggerakan tata bahasa menjadi sebuah kata atau kalimat.

Pendapat tersebut mengkokohkan psikolinguistik sebagai disiplin ilmu mandiri yang mempunyai jangkauan dari segi psikologi dan linguistik.

Hakikat Psikolinguistik

Dari segi bahasa, asal psikolinguistik dari dua kata yaitu psikologi dan linguistik. Keduanya merupakan dua ilmu yang berlainan.

Meskipun begitu, kedua ilmu tersebut menaruh perhatian yang sangat besar terhadap bahasa. Menurut Darjowidjojo (2010) psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari tahapan-tahapan dari suatu proses mental yang telah dialami oleh manusia dalam proses berbahasa.

Aitchison dalam ardiana (2005) menyebutkan bahwa psikolinguistik merupakan disiplin ilmu baru yang merupakan kombinasi atau hasil sinergi psikologi dan linguistik yang berorientasi pada studi tentang bahasa dan pikiran.

Menurut Darjowidjojo (2010) terdapat empat topik utama dalam mempelajari psikolinguistik yaitu:

  1. Komprehensi adalah  manusia  mengalami  proses  mental  dalam menerima dan memahami sesuatu yang diucapkan oleh orang lain.
  2. Produksi, yakni proses-proses mental dalam diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan.
  3. Manusia mampu berbahasa karena adanya landasan biologis dan neurologis.
  4. Memperoleh  bahasa,  yakni  bagaimana  anak  memperoleh  bahasa mereka.

Secara teoritis psikolinguistik mempunyai tujuan utama yaitu menemukan suatu teori tentang bahasa yang paling tepat dan unggul dilihat dari segi linguistik dan psikolohi yang mampu menjelaskan hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa.

Psikolinguistik mencoba menjelaskan tentang dasar struktur bahasa dan bagaimana struktur bahasa dapat diperoleh dan digunakan pada saat bertutur dan untuk memahami ujaran-ujaran bahasa.

Secara praktis, psikolinguistik mencoba menggunakan pengetahuan linguistik dan psikologi pada suatu permasalahan

Contohnya masalah tentang bahasa mengenai pengajaran dan pembelajaran bahasa, masalah dalam pelajaran dalam membaca, kedwibahasaan, penyakit dialek, pijinisasi dan kreolisasi,

Serta permasalahan sosial lain yang berhubungan dengan suatu bahasa, contohnya masalah tentang hubungan bahasa dengan pendidikan, bahasa dan hubungannya dengan pembangunan bangsa.

Objek Kajian Psikolinguistik

Menurut Aicthison (1984) objek kajian psikolinguistik secara garis besar terdiri atas tiga hal,  yakni: 

  1. Pemerolehan  bahasa, 
  2. Hubungan pengetahuan dan penggunaan bahasa, dan
  3. Produksi dan resepsi bahasa.

Seperti Aicthison, Dardjowidjojo (2005) juga menyatakan bahwa objek kajian psikolinguistik terdiri atas empat hal, yakni:

  1. Produksi (proses mental yang terjadi ketika orang menyampaikan maksud melalui bahasa)
  2. Komprehensif (proses mental yang terjadi ketika orang memahami maksud orang lain)
  3. Landasan biologis dan neurologis yang memungkinkan manusia dapat berbahasa, dan
  4. Pemerolehan bahasa

Uraian lebih rinci dinyatakan oleh Simanjuntak (1987) yang menyatakan bahwa masalah-masalah yang dikaji dalam psikolinguistik berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Apa sebenarnya bahasa? Merupakan bawaan ataukah hasil belajar bahasa? Apa ciri bahasa manusia? Apa saja unsur bahasa?

2. Bagaimana bahasa ada dan mengapa harus ada? Di mana bahasa berada dan disimpan?

3. Bagaimana bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh oleh anak? Bagaimana  bahasa  berkembang?  Bagaimana  bahasa  kedua dipelajari? Bagaimana seseorang menguasai dua atau lebih bahasa?

4. Bagaimana kalimat dihasilkan dan dipahami? Proses apa yang berlangsung dalam otak pada waktu berbahasa?

5. Bagaimana bahasa tumbuh, berubah, dan mati? Bagaimana suatu dialek muncul dan berubah menjadi bahasa yang baru?

6. Bagaimana hubungan bahasa dan pikiran manusia? Bagaimana pengaruh kedwibahasaan terhadap pikiran dan kecerdasan seseorang?

7. Mengapa seseorang menderita afasia? Bagaimana mengobatinya? 

8. Agar dapat dikuasai dengan baik oleh pemelajar bahasa, bagaimana sebaiknya pengajaran bahasa?

Psikolinguistik merupakan disiplin ilmu yang usianya masih muda jika dibandingkan dengan disiplin-disiplin ilmu yang telah mapan, seperti linguistik, psikologi, dan filsafat.

Karena itu, sekalipun sudah diakui sebagai disiplin ilmu yang mandiri, hingga sekarang pun masih saja menjadi bahan diskusi apakah keberadaannya menjadi bagian psikologi atau psikolinguistik.

Pada satu sisi psikolinguistik dipandang sebagai disiplin ilmu yang mandiri dan pada sisi lain dipandang sebagai subdisiplin psikologi atau linguistik.

Perbedaan pandangan tersebut sulit disatukan sehingga lebih baik untuk disikapi sebagai sesuatu yang perlu diketahui, bukan sesuatu yang perlu diperdebatkan tiada henti.

Objek Kajian Psikolinguistik

Kenyataan bahwa sekarang psikolinguistik telah berkembang pesat sebagai akibat adanya sentuhan dengan disiplin ilmu lain merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri.

Kenyataan itu berdampak pada munculnya sub-sub disiplin dalam psikolinguistik yang berorientasi pada ranah-ranah khusus, sebagaimana tampak pada skema di bawah ini.

Psikolinguistik Teoretis

Psikolinguistik teoretis merupakan subdisiplin psikolinguistik yang diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan teori bahasa.

Misalnya hakikat bahasa, ciri bahasa manusia, struktur bahasa, teori kompetensi dan performansi (model Chomsky), teori langue dan parole (model Saussure), prinsip kerja sama dalam percakapan (model Grice), prinsip kesantunan berbahasa (model Leech dan model Brown dan Levinson), kompetensi pragmatik, fungsi komunikatif, implikatur, dan eksplikatur.

Psikolinguistik Perkembangan

Psikolinguistik perkembangan merupakan subdisiplin psikolinguistik yang diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa (language acquisition) dan pembelajaran bahasa (language learning).

Teori monitor, hipotesis Krashen, piranti pemerolehan bahasa (language acquisition device), dan periode kritis pemerolehan bahasa merupakan sebagian di antara beberapa rincian kajian linguistik perkembangan.

Psikolinguistik Sosial

Psikolinguistik sosial merupakan subdisiplin psikolinguistik yang diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial bahasa.

Termasuk dalam kajian ini sikap bahasa, akulturasi bahasa, kejut budaya (shock culture), jarak sosial (social distance), periode kritis budaya, pajanan bahasa, kelas sosial dalam penggunaan bahasa, jenis kelamin dalam penggunaan bahasa, umur dalam penggunaan bahasa, ragam bahasa, kinesik, dan keakraban dalam penggunaan bahasa.

Karena berorientasi pada aspek-aspek sosial bahasa, psikolinguistik sosial sering disebut psikososiolinguistik.

Psikolinguistik Pendidikan

Psikolinguistik Pendidikan merupakan subdisiplin psikolinguistik yang diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan secara umum.

Termasuk dalam hal ini peran bahasa dalam pengajaran dan peningkatan kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) siswa.

Neuropsikolinguistik

Neuropsikolinguistik merupakan subdisiplin psikolinguistik yang diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan hubungan bahasa dan otak manusia.

Termasuk dalam hal ini pemilahan hemisfer yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa, masalah kebahasaan yang muncul jika terjadi kerusakan bagian tertentu otak, jenis gangguan berbahasa akibat kerusakan bagian otak, lateralisasi bahasa, dan plastisitas otak.

Psikolinguistik Eksperimental

Psikolinguistik eksperimental merupakan subdisiplin psikolinguistik yang diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan eksperimen-eksperiman di berbagai bidang yang melibatkan bahasa dan perilaku berbahasa.

Termasuk dalam hal ini eksperimen pemberian perlakuan (treatment) tertentu pada pembelajaran bahasa anak berkebutuhan khusus dan eksperimen simplikasi bahasa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pebelajar bahasa kedua.

Psikolinguistik Terapan

Psikolinguistik terapan merupakan subdisiplin psikolinguistik yang diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan penerapan temuan-temuan keenam subdisiplin psikolinguistik di atas dalam bidang- bidang tertentu.

Sebagai contoh, eksperimen simplikasi bahasa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pembelajar bahasa kedua menghasilkan temuan bahwa dengan simplikasi kemampuan berbahasa pemelajar meningkat 60%.

Temuan tersebut dapat diterapkan pada kegiatan pembelajaran bahasa kedua apa saja yang karakteristiknya sama atau mirip dengan kegiatan pembelajaran yang dieksperimenkan.

Ruang Lingkup Psikolinguistik

Tabel Ruang Lingkup Psikolinguistik
BagianSub BagianContoh
Psikolinguistik UmumPersepsiAuditif VisualMendengarkan, Menulis, Membaca
KognitifIngatan Berpikir IntuisiMemori Verbal, Berpikir Verbal
ProduksiAuditif VisualBerbicara, Menulis
Psikolinguistik PerkembanganBahasa Pertama,
Bahasa Kedua
+) Struktur kalimat dua kata
+) Belajar membaca
+) Interferensi atau kemudahan yang
disebabkan oleh bahasa pertama
Psikolinguistik TerapanUmumNormalStudi tentang ejaan
MenyimpangAphasia
PerkembanganNormalKurikulum untuk belajar membaca
MenyimpangGagap, buta warna, disleksia

Yudibrata, dkk (dalam Hasan, 2018) menyatakan bahwa psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir

Hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa). Dapat disimpulkan bahwa lingkup kajian psikolinguistik antara lain:

1. Kompetensi, yaitu proses bahasa dalam komunikasi dan pikiran

Psikolinguistik mempelajari mengenai hal/aktivitas dasar yang akan mempermudah seseorang untuk menyerap dan mendapat pengetahuan mengenai suatu bahada dan menjadi masyarakat berbahasa.

Kemampuan ini mencakup pengetahuan-pengetahuan yang terletak pada otak yang mengelola ketatabahasaan, kosa kata dan menciptakan bagian-bagian tertentu sehingga menciptakan kalimat dan tuturan yang utuh.

2. Akuisisi, yaitu pemerolehan bahasa

Psikolinguistik mengkaji proses berlangsungnya seorang anak ketika memperoleh bahasa pertamanya (bahasa ibu).

3. Performansi, yaitu pola tingkah laku berbahasa.

Psikologi mengkaji ketika suatu bahasa digunakan dalam situasi yang konkret. Performansi adalah hasil pergerakan dari kegiatan komunikasi yang terjadi pada organ dalam tubuh manusia yang meliputi: lidah, bibir, tenggorokan, dan pita suara untuk mengeluarkan bunyi.

4. Asosiasi verbal dan pemerolehan makna

Makna adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dalam studi linguistik. Kegiatan berbahasa adalah kegiatan mengekspresikan lambing-lambang bahasa kepada lawan bicara (Oktavia, 2016).

Psikolinguistik mengkaji bagaimana proses pemerolehan makna. Kegiatan pemerolehan makna dikenal juga dengan pemerolehan semantik.

5. Proses bahasa pada orang abnormal

Psikolinguistik mengkaji gangguan-gangguan penyakin berbahasa (seperti afasia dan gagap) yang akan memengaruhi proses berkomunikasi.

Psikolinguistik juga mengkaji mengenai factor-faktor penyebab gangguan berbahasa dan bagaimana proses pemulihan penyakit berbahasa tersebut.

6. Persepsi ujaran dan kognisi

Persepsi ujaran melibatkan tiga proses yang meliputi, pendengaran, penafsiran dan pemahaman terhadap semua suara yang dihasilkan oleh penutur (Irham, 2019).

Kombinasi fitur tersebut adalah fungsi utama persepsi ujaran. Persepsi ujaran tidak hanya melakukan pengggabungan fonologi dan fonetik dari ujaran, tetapi juga aspek sintakmatik dan semantic dari pesan yang disampaikan.

7. Pembelajaran Bahasa

Psikolinguistik mengkaji cara mempelajari bahasa dengan baik dan benar agar dapat dikuasai oleh pemelajar bahasa.

Nah itulah pembahasan lengkap mengenai Psikolingustik mulai dari pengertian psikolinguistik, sejarahnya, hakikat, objek kajian, serta juga ruang lingkup, mudah-mudahan bisa menambah wawasan anda.

Bila ada hal yang ingin ditanyakan, mari diskusikan bersama melalui kolom komentar, atau juga bisa menghubungi saya via email dengan mengakses halaman kontak.

Daftar Rujukan:

  • Harras , Kholid A, dan Andika Dutha Bachari. 2009. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI Press.
  • Indah. R.N. and Abdurrahman. 2008. Psikolinguistik: Konsep & Isu Umum. Malang: UIN Press.
  • Kajian Psikolinguistik. (2021). (n.p.) : Yayasan Penerbit Muhammad Zaini. Sri Suhartini, 2021:20-24 
  • Natsir , Nurasia. 2017. Hubungan Psikolinguistik dalam pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi YAPPI Makassar.
  • Rahmat, Wahyudi. Hubungan Psikolinguistik, Hubungan Psikologi dengan Linguistik dan Objek Kajian Linguistik. Sumatera Barat: STKIP PGRI Sumatera Barat.
  • Rosidin, Odien. 2015. Percikan Linguistik. Serang: Untirta Press.
  • Sudarwati, Emy dkk. (2017). Pengantar Psikolinguistik. Malang: UB Press.

Baca Juga:

Tentang Penulis

Hidup adalah untaian makna dari kata yang ditulis semesta

Posting Komentar

Mari kita diskusikan bersama...
Gunakanlah kata-kata yang sopan, dengan tidak menggunakan unsur-unsur kekerasan, sara, dan menyudutkan seseorang. Terima Kasih
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
[]