Dewasa ini pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah menggodok metode pembelajaran yang sekiranya bisa menunjang proses belajar secara efektif di tengah pandemi. Tentunya kabar itu direspon positif oleh para tenaga pendidik, mengingat pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang telah berjalan 10 bulan terakhir kerap memunculkan sebuah problematika dan menjadi keluh kesah sebagian orang.
Berbagai penelitian juga menyebut ketidakefektifan PJJ dapat mengakibatkan berbagai masalah, terutama psikososial peserta didik.
Saya sendiri mengerti dan memahami bahwa pembelajaran tatap muka juga bukan tanpa resiko, terlebih pertumbuhan angka pasien poisitif Covid-19 hingga saat ini juga masih terbilang tinggi dibeberapa daerah tertentu, dan wajar bila ada beberapa orangtua peserta didik yang khawatir mendengar kebijakan itu.
Lalu pemerintah lewat Kemendikbud mengusulkan sebuah kebijakan sistem pembelajaran yang sedikitnya dapat meredam kekhawatiran orangtua dari peserta didik dan seluruh individu yang dilibatkan dalam proses pembelajaran tatap muka tersebut. Sistem pembelajaran yang dimaksud adalah hybrid learning.
Apasih 'Hybrid Learning'
Hybrid learning merupakan sistem atau metode pembelajaran yang dilakukan secara daring namun juga dikombinasikan dengan pertemuan tatap muka untuk beberapa jam. Hybrid learning dilakukan dengan harapan dapat meminimalisir dampak psikososial siswa.
Ada juga yang menganggap hybrid learning sama halnya dengan blended learning. Bentuk pembelajarannya merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring.
Hybrid Learning sendiri nantinya akan menyajikan sebuah aturan pembelajaran yang dimana proses kegiatan tatap muka dilakukan dan rotasi dengan jumlah peserta didik 50 persen.
Misalnya, dari jumlah peserta didik dalam satu kelas 32 orang, dikurangi 50% menjadi 16 orang/pertemuan tatap muka di kelas. Sisanya mengikuti kelas melalui tatap maya, atau pembelajaran daring, dan hal ini dilakukan secara bergilir.
Pembelajaran tatap muka dilakukan untuk memberi kesempatan bagi anak-anak yang kesulitan melakukan PJJ.
Orangtua juga dipersilahkan untuk memilih sekaligus memberi izin sekiranya moda pembelajaran mana yang dikehendaki serta terbaik untuk anaknya, bisa mengikuti tatap muka, dan juga bisa pembelajaran daring.
Lima Poin Penting Pembelajaran "Hybrid Learning"
Terdapat lima poin penting atau kunci utama dalam penerapan proses pembelajaran hybrid learning. Dalam penerapannya, hybrid learning menekankan penerapan teori pembelajaran Keller, Gagne, Bloom, Merrill, Clark dan Grey.
Live event, diartikan sebagai pembelajaran langsung atau tatap muka yang dilakukan secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama. Bisa juga waktu yang sama dengan tempat berbeda.
Self-paced learning, berarti mengkombinasikannya dengan pembelajaran mandiri yang memungkinkan siswa belajar kapan saja dan dimana saja secara daring.
Collaboration, yaitu kolaborasi antara guru dan siswa, juga kolaborasi antar sesama siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Assessment, artinya guru harus mampu meracik kombinasi jenis assessment daring atau luring. Bentuknya bisa berupa tes maupun nontes seperti proyek kelas.
Performance support materials, yaitu untuk memastikan bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital. Tujuannya agar bahan belajar tersebut dapat dengan mudah diakses oleh siswa, baik secara daring maupun luring.
Kelebihan Pembelajaran Hybrid Learning
1. Antara peserta didik dan tenaga pendidik akan menjalin hubungan emosional yang lebih baik.
2. Waktu belajar lebih fleksibel.
3. Peserta didik dapat kembali bersosialisasi serta berinteraksi secara langsung.
4. Mengurangi rasa malas yang telah melembaga dalam jiwa kaum rebahan :).
5. Kembali menekankan pentingnya pembelajaran secara tatap muka.
Kekurangan Pembelajaran Hybrid Learning
1. Orangtua harus kembali beradaptasi dengan situasi yang berkaitan dengan sistem pembelajaran hybrid learning.
2. Bisa menjadi kluster baru penyebaran Covid-19 bila penggunaan protokol kesehatan tidak dilakukan secara ketat.
3. Bila diterapkan dalam ruang lingkup perkuliahan, bagi sebagian orang yang merantau akan sedikit merepotkan.
Oleh karenanya saran saya pribadi adalah pemerintah harus terus mengkaji, mengevaluasi serta memastikan bahwa hybrid learning dalam pengaplikasian nya dapat berjalan dengan baik, demi kebaikan dan kesehatan kita bersama.
Artikel ini ditulis dan menginspirasi dari beberapa sumber lalu ditambah dengan asumsi pribadi, berupa opini. Semoga bermanfaat.