Malam Anugerah Sayembara Novel dan Manuskrip Puisi yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta telah berlalu sejak Sabtu, 22 Juli 2023. Namun keseruan yang ada di dalamnya nampak masih meninggalkan jejak di kepala.
Jadi saya pikir apa salahnya sedikit bercerita.
Resah tak bertuan mengganjal langkah ke tujuan.
Tujuan bergeming sesaat bertengkar dengan asa.
Asa gelap, hening, dan tak akur dengan manusia.
Manusia berjalan di atas harapan disaat keadaan beraspal kenyataan.
Kenyataan yang tercitrakan ialah diorama hidup ihwal kegundahan.
Emang boleh se-sajak itu?
Mentang-mentang abis menghadiri acara sayembara manuskrip puisi, pembukaan tulisannya jadi sajak gini yaa...
Tapi jangan dikomentari, karena puisi "Resah" di atas baru terpikirkan beberapa menit lalu oleh penulis.
Oke kita kembali kepada gagasan utama artikel ini.
Keinginan menghadiri acara penominasian pemenang sayembara tersebut sebetulnya datang secara tidak sengaja. Hal ini berawal dari salah seorang teman yang membagikan unggahan pamflet acara tersebut
Kemudian karena lokasinya di Taman Ismail Marzuki. Which is tidak terlampau jauh dari rumah, jadi saya pikir tak ada salahnya memanfaatkan waktu luang untuk kesana.
Terlebih diri ini sedang dalam fase merdeka, alias tidak terkekang oleh rutinitas dating malam minggu. Ya udah lah—gas ajaa pikir saya...
Sebenarnya novel dan puisi itu sangat dekat dengan bidang studi yang saya tekuni. Karena ya memang gini-gini saya adalah mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.
Hanya saja memang hingga saat ini kemampuan saya masih terbatas pada penulisan cerita pendek, ketimbang prosa panjang layaknya novel atau menjadi penyair yang mencipta karya puisi.
![]() |
Malam Anugerah Sayembara Novel dan Manuskrip Puisi DKJ |
Ahh tapi biasanya juga gitu kan? Kita seringkali ter-influence dengan hal-hal yang menurut kita menarik perhatian, apalagi pasca hadir di acara yang bisa meletakan keintiman antara realitas dengan dunia imaji.
Hal yang sama juga biasanya kita lakukan sehabis nonton film yang didalamnya memerankan sosok superhero. Biasanya dibenak kepala suka muncul tuh bentuk pengandaian, "kalau seandainya gue punya kekuatan buat ngilangin orang, pasti bakalan seru deh. Gue jadi kepikiran buat hilangin mantan dan kenangan"
Atau kalau abis nonton film tentang perselingkuhan, bapernya malah dibawa sampe ke real life. Pulang dari bioskop malah jadi individu yang teramat protektif. Curigaan sana-sini, sampe-sampe diminta tukeran akun media sosial—aneh memang. Ada-ada aja manusia...
Acaranya seru, karena terlihat juri-jurinya sangat expertise di bidangnya. Sehingga saya sebagai penonton terkesima terhadap cara mereka memberikan catatan kepada karya.
Dalam acara tersebut saya juga menyadari bahwa ternyata apa yang pernah saya tulis, belum apa-apa dibandingkan dengan karya mereka yang mendapatkan nominasi juara.
Ungkapan "di atas langit, masih ada langit." saya rasa akan terus relevan sampai kapanpun.
Saya juga mengutip langsung apa yang diungkapkan juri sayembara manuskrip puisi dalam memberikan catatannya kepada karya peserta. Begini sebagian ujarnya:
"Dalam ikhtiar bereksperimen dengan bentuk, banyak penyair mengabaikan aspek komunikasi. Terlalu asyik menjungkirbalikkan bahasa sehingga kita nyaris tak dapat membangun hubungan dengan teks, untuk sekedar membayangkan motif, apalagi untuk memasuki ruang semantik."
"Tidak sedikit pula manuskrip yang memajangkan puisi-puisi berdiksi tesaurus berlebihan, sembrono dan menyelipkan konteks yang salah."
"Dengan menggunakan pilihan kata yang 'memukau' yang cuma bikin keseleo lidah, barangkali si penyair melahirkan terobosan estetik. Namun, alih-alih melahirkan terobosan, puisi tersebut malah kelihatan menor." (DKJ, 2023)
Ketika mendengar pertanggungjawaban juri yang menyertakan catatan di atas, saya cukup terperangah. Komentar-komentar seperti itu justru tidak pernah tersaji dalam ruang kelas perkuliahan.
Karena di kelas cenderung diberikan komentar “bagus” ataupun juga komentar-komentar lain yang biasanya dapat ditemui di internet dengan keyword “kiat-kiat menulis puisi” ketimbang diberikan komentar kritis.
Sekalipun pada beberapa momen saya di kelas juga pernah ditugaskan untuk membuat puisi. Tapi tentu puisi yang tercipta tidak sebagus seperti yang ada di imajinasi saya sendiri. Bahkan pernah suatu ketika saya ditertawai oleh perempuan yang pada masanya menarik perhatian buat saya—wisata masa lalu.
![]() |
Dewan Juri Sayembara Manuskrip Puisi DKJ |
Dewan Juri Sayembara Manuskrip Puisi DKJ Tahun 2023
Oke, kita kembali kepada Sayembara Manuskrip Puisi tahun 2023 yang dinilai oleh 3 dewan juri, diantaranya adalah:
- Royyan Julian (Tengah), merupakan sosok yang telah menerbitkan 14 buku. Buku terakhir yang ditulisnya adalah kritik sastra dengan tajuk Sastra Indonesia Angkatan Inteligensia Artifisial. Dirinya selain pernah mendapatkan penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta juga mendapatkan penghargaan dari LeutikaPrio, Nongkrong.co, Dewan Kesenian Jawa Timur dan Gubernur Jawa Timur.
- Inggit Putria Marga (Kanan), melalui karya buku puisinya yang bertajuk empedu tanah, ia berhasil menjadi pemenang pada ajang Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2020 kategori buku puisi. Karyanya juga pernah meraih penghargaan Anugerah Kebudayaan dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
- Kiki Sulistya (Kiri), merupakan sosok penyair yang telah menerbitkan 7 buku puisi. Beberapa karyanya juga meraih penghargaan seperti Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2017, kemudian Buku Puisi Pilihan Tempo Tahun 2018 dan 2021.
Saat melakukan penilaian, dewan juri tidak mengetahui pemilik karya yang sedang mereka amati dan telaah. Hal itu dilakukan sebagai bentuk komitmen dalam menghadirkan penilaian yang adil dan objektif.
Pemenang Sayembara Manuskrip Puisi DKJ Tahun 2023
Berdasarkan keputusan dewan juri maka ternominasilah karya manuskrip puisi terbaik yang secara rinci sebagai berikut:
- Juara 1: Muhaimin Nurrizqy dengan judul manuskrip puisi Selamat Malam, Kawan! Mendapatkan apresiasi senilai 25 Juta Rupiah.
- Juara 2: Heru Joni Putra dengan judul manuskrip puisi Suatu Hari di Batas Ilmu Pengetahuan. Mendapatkan apresiasi senilai 15 Juta Rupiah.
- Juara 3: Amos Ursia dengan judul manuskrip puisi Gentayangan Puitika. Mendapatkan apresiasi senilai 10 Juta Rupiah.
Selain 3 pemenang, dewan juri juga membacakan sejumlah karya yang menarik minat dewan juri, masing-masing mendapatkan apresiasi senilai 3 Juta Rupiah. Karya tersebut ialah:
- Kemana Perginya Benda-Benda yang Sudah Tiada? ditulis oleh Darwanto (Mashdar Zainal).
- Kutu-Kutu Joni ditulis oleh Lale Julia Fitri Gerhani Arungan.
- Balai Desa dan Hantu-Hantu Nippon ditulis oleh Moh. Ramzul Fatah Al Fillaily.
- Antariksa Infinitium Absurdum ditulis oleh Nanda Alifya Rahmah.
- Syekh Siti Jenar dan Sepinggan Puisi dalam Kobaran Api ditulis oleh Syaiful Alim.
Menjadi pemenang dari total 431 peserta yang mengikuti sayembara ini adalah sebuah prestasi yang membanggakan.
Apalagi sayembara ini dilakukan oleh Dewan Kesenian Jakarta yang tentunya menetapkan standar yang tinggi.
Oleh karena itu, saya berharap bahwa bentuk fisik publikasi karya-karya mereka dapat segera membumi dan dinikmati oleh khalayak.
Kalau tadi kita bicara soal sayembara manuskrip puisi. Beda cerita dengan sayembara novel.
Saya bilang berbeda, karena secara tidak langsung menjadi novelis adalah keinginan yang saya kehendaki suatu saat nanti.
Sama seperti sebelumnya, sebelum pengutaraan pemenang, para dewan juri melaporkan pertanggungjawaban dan memberikan komentar terhadap karya yang mereka baca.
Saya sedikit kaget, bahwa dengan naskah peserta sayembara novel yang mencapai 366 naskah, dapat diseleksi dan ditelaah dalam jangka waktu yang menurut saya cukup singkat.
Bahkan dalam perkiraan rumusan kuantifikasi, para dewan juri membaca bisa lebih dari 2-3 novel setiap harinya. Angka yang saya pikir cukup menyiksa mata, apalagi dalam satu naskah novel biasanya terdapat 300 hingga 400 halaman.
Tapi tentunya ketiga dewan juri tersebut memberikan komitmennya dengan berpegang teguh terhadap standar kualitas karya yang mereka nilai.
![]() |
Dewan Juri Sayembara Novel DKJ |
Dewan juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta Tahun 2023
- Azhari Aiyub (Tengah), merupakan seorang pengajar, penulis, editor, dan kurator yang lahir di Banda Aceh 42 tahun lalu. Ia pernah menyabet penghargan Juara 1 Sayembara Menulis Cerpen Kemendikbud RI tahun 2003 dan yang paling mutakhir pernah menjadi juara pada ajang Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2018 kategori prosa. Sejumlah buku yang ia terbitkan berjudul Perempuan Pala (2018), Manusia Bersarung Kodok (2006) yang terbit juga dalam bahasa Perancis, kemudian Kura-Kura Berjanggut (2018).
- Dhianita Kusuma Pertiwi (Kanan), merupakan seorang penulis, editor juga penerjemah. Salah satu prestasinya ialah, Tesis yang mengkaji Lakon Wayang Purwa Sesaji Raja Suya dianugerahi Nusantara Academic Award pada tahun 2020 silam. Karyanya yang paling mutakhir adalah ensiklopedia istilah Mengenal Orde Baru dan karya terjemahan Dark Academia: Matinya Perguruan Tinggi (2022)
- Zaky Yamani (Kiri), merupakan sosok penulis yang karyanya menjadi pemenang Juara 1 dalam ajang Sayembara Novel periode sebelumnya (tahun 2021). Naskah yang dinobatkan sebagai pemenang dalam ajang tersebut berjudul Kereta Senar Lembu. Ia adalah sosok penulis yang produktif, sejumlah karyanya ialah novel trilogi, Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa (2021), Bandar (2014), Pusaran Amuk (2016), Kumpulan Cerpen Waktu Helena (2020)
Para dewan juri sayembara novel juga tidak kalah kritisnya dalam memberikan komentar kepada karya peserta. Sebagian catatan kritis dewan juri sekaitan dengan penelaahannya terhadap naskah novel adalah sebagai berikut:
"Kami masih mendapati naskah-naskah yang menunjukkan upaya penulis untuk mengeksplorasi bentuk dan menawarkan gagasan yang segar. Yang kami maksud segar adalah penempatan fokus cerita pada teknologi dan sains, musik sampai alien—hal-hal yang selama ini kurang menjadi perhatian dalam kesusasteraan Indonesia."
"Kecenderungan ini menunjukkan bahwa eksplorasi yang dilakukan para peserta sudah tidak lagi terbatas pada bentuk atau taraf yang permukaan dan kasat mata."
"Namun, naskah-naskah tersebut tidak memenuhi unsur yang lain sebagai satu karya novel—kebanyakan belum berhasil menciptakan semesta yang utuh, yang merupakan konsekuensi logis dari gagasan utama yang digarap, sehingga belum layak menjadi karya yang terpilih."
"Dari segi teknik kepenulisan, kami mendapati satu kecenderungan yang cukup menjadi tren, yakni mengesampingkan kekuatan dan keterpaduan dari elemen-elemen intrinsik."
"Meskipun mungkin terdengar kuno, elemen-elemen intrinsik merupakan hal yang menjadikan suatu karya menjadi sebuah novel sehingga sudah semestinya digarap dan dikerjakan secara seimbang." (DKJ, 2023)
Saya pun mengerti bahwa novel-novel khususnya novel lokal yang saya baca terkungkung pada genre-genre mainstream, alih-alih prosa yang menawarkan gagasan yang kaya.
Pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta Tahun 2023
Para pemenang sayembara novel pun terbilang masih muda. Secara lebih rinci adalah sebagai berikut:
- Juara 1: Yoga Zen dengan judul naskah novel Tersesat Setelah Terlahir Kembali. Mendapatkan apresiasi senilai 25 Juta Rupiah.
- Juara 2: Hasbunallah Haris dengan judul naskah novel Leiden (1920-2020). Mendapatkan apresiasi senilai 15 Juta Rupiah.
- Juara 3: Ida Fitri dengan judul naskah novel Tukang Intip. Mendapatkan apresiasi senilai 10 Juta Rupiah.
Selain ketiga pemenang di atas, terdapat pula karya yang menarik minat dewan juri masing-masing mendapatkan apresiasi senilai 3 Juta Rupiah.
- Melawat karya Agil Fathurrohman.
- Raksasa karya Darwanto (Mashdar Zainal).
- Rahim karya Lila Prasasti Ratuasih.
- Tak Ada Hembusan Angin karya Suharso.
- Teori Datangnya Tiga Wanita dan Keheningan Hari Minggu karya Muh. Syahrul Padli.
Saya pun menantikan novel-novel yang menjadi pemenang segera terpublikasi, sehingga saya sebagai penikmat dapat mempelajari bagaimana mereka sebagai penulis menghasilkan karya terbaiknya.
Dewan juri juga menyebutkan kriteria yang dijadikan indikator penilaian karya peserta Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta. Berikut adalah kriteria penilaiannya:
Pendahuluan. Berkenaan tentang sejauh mana bagian pendahuluannya menarik perhatian pembaca, sekaitan dalam hal pengenalan tokoh, pembukaan cerita dan pengenalan tensi.
Alur. Berkenaan tentang sejauh mana konflik, krisis dan resolusi dibangun secara berkesinambungan. Sejauh mana alur cerita koheren (bersangkut paut) dan konsisten serta tidak memiliki plot hole. Serta sejauh mana naskah menghadirkan plot twist.
Karakterisasi. Berkenaan tentang sejauh mana karakter-karakter yang dihadirkan unik dan mudah diingat. Sejauh mana kelogisan antara motivasi yang dimiliki oleh karakter dengan tindakan yang dilakukan oleh karakter. Serta sejauh mana introspeksi dan dialog yang disampaikan karakter sesuai dengan karakteristiknya (usia, gender, latar belakang sosial ekonomi).
Latar. Berkenaan tentang sejauh mana latar dibangun secara utuh dan mengikat. Sejauh mana latar yang dibangun mampu menghidupkan indra. Serta sejauh mana latar yang dibangun berkontribusi pada emosi, motivasi, dan keputusan karakter.
Gaya Bahasa. Berkenaan tentang sejauh mana narasi “menunjukan” alih-alih “menceritakan.” Sejauh mana kalimat-kalimat yang ditulis efeketif dan menggerakan cerita. Sejauh mana penulis menggunakan mahas. Serta sejauh mana naskah bersih dari kesalahan tanda baca, ejaan dan tata bahasa.
Kebaruan. Berkenaan tentang sejauh mana penulis menghadirkan ide dan mengembangkannya dengan cara yang baru, serta apakah penulis menawarkan bentuk “keluar” dari bentuk novel pada umumnya atau tidak.
Genre, tidak masuk ke dalam poin penilaian, akan tetapi dihadirkan sebagai pertimbangan komplementer yang dapat menguatkan maupun juga melemahkan suatu karya.
Semoga dengan adanya kriteria penilaian di atas, dapat memberikan rasa kritis terhadap kita yang hendak membuat prosa. Maupun juga kalian yang di dua tahun yang akan datang menjadi peserta Sayembara Novel dan Manuskrip puisi yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta.


Bagi kalian yang ingin melihat profil lengkap Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, kemudian juga para dewan juri sayembara, dan peserta pemenang nominasi serta sejarah panjang acara ini, dapat mengunduh buku program melalui situs resmi dewan kesenian jakarta, ataupun kalian bisa mengunduhnya melalui tautan langsung di bawah ini:
Download Buku Program Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta
Download Buku Program Sayembara Manuskrip Puisi Dewan Kesenian Jakarta
![]() |
Potret Malam Anugerah Sayembara Novel dan Manuskrip Puisi DKJ |
Acara malam anugerah ini juga dimeriahkan oleh penyanyi Oscar Lolang, dan juga grup band Mondo Gascaro yang masing-masing membawakan tiga lagu.
Acara yang semula dijadwalkan mulai pukul 19.00 dan selesai pukul 21.00 agaknya di luar perkiraan. Karena terbukti acara tersebut baru selesai sekitar pukul 22.20.
Beruntung Commuter Line di Jakarta masih beroperasi. Sehingga tidak ada keraguan bagi saya untuk tetap mengandalkan tranportasi publik.
Terlepas dari ke-ngaretan itu, saya turut mengapresiasi Dewan Kesenian Jakarta yang tetap konsisten mengapresiasi para novelis maupun juga penyair khususnya melalui acara sayembara tersebut.
Meskipun inti acaranya adalah pengumuman pemenang, namun acara tersebut dikemas dengan menarik dan cukup meriah.
Saya dan kedua teman saya pun dibuat terkesan. Sambil berharap bahwa pada penyelenggaraan mendatang (2 tahun lagi) saya duduk bukan hanya sebagai tamu umum, melainkan sebagai peserta yang masuk ke dalam nominasi juara.
Dan kira kira itulah sedikit yang dapat saya ceritakan.