Berdasar pada modul Gerakan Literasi nasional yang dibuat tahun 2017 setidaknya ada 5 aspek menurut Saryono dkk, 2017: 6, yang harus diperhatikan demi tercapainya suatu implementasi komprehensif oleh masyarakat Indonesia, berikut ulasannya.
5 Prinsip Pengembangan dan Implementasi Literasi Baca Tulis
1. Keutuhan dan Kemenyeluruhan
Pengembangan literasi baca-tulis tidak bisa dilepaskan dari elemen lain seperti literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial dan literasi budaya dan kewargaan. Literasi baca-tulis menjadi pintu awal untuk masuk ke dalam pengembangan literasi lainnya. Disinilah maksud dari implementasi yang bersifat holistik. Dengan mengembangkan literasi baca-tulis maka literasi lainnya saling terkoneksi satu sama lain sehingga dapat diperluas menjadi formula dari kecakapan hidup.
Begitu juga dengan pengembangan ranahnya; berdasarkan semangat tripusat Ki Hajar Dewantara, literasi baca tulis harus bisa bersinergi antara pengembangan literasi di masyarakat, sekolah dan keluarga sehingga pengembangan literasi tidak terpecah; menjadi utuh dan menyeluruh. Keluarga adalah partikel kecil dari masyarakat.
Penumbuhan minat membaca bisa dimulai dari keluarga. Bagi keluarga yang memiliki koleksi bacaan, maka masyarakat di sekelilingnya bisa diajak untuk mengakses bacaan. Lambat laun, yang awalnya perpustakaan keluarga bisa diperluas menjadi Komunitas Literasi atau Taman Bacaan Masyarakat yang koleksinya bisa diakses juga oleh siswa di sekolah. Di sisi lain, para pengelola TBM bisa juga bekerjasama dengan sekolah untuk membawa buku-bukunya untuk dipinjamkan di sudut baca kelas. Di sisi lain, di waktu-waktu tertentu, sekolah bisa juga memberikan akses bagi masyarakat yang berada di lingkungan sekolah agar bisa menjadi bagian dari anggota perpustakaan sekolah. Jika sinergi ini terjalin dengan baik, maka sirkulasi bacaan akan menjadi lebih lama berputar dan kebermanfaatannya akan jauh lebih luas.
2.Keterpaduan (terintegrasi)
Keterpaduan berarti merajut elemen-elemen tertentu dalam gerakan literasi masyarakat agar bisa sama-sama terlibat. Literasi tidak bisa parsial dan hanya dilakukan oleh satu komunitas/ elemen saja. Program-program di tingkat pusat hingga desa misalnya, harus bisa terintegrasi, tidak mengedepankan ego sektoral sehingga bisa menjadi komitmen bersama.
3.Keterlanjutan (sustainabilitas)
Dalam melaksanakan program, terutama jika dikerjasamakan dengan pihak lain seperti masyarakat atau pemangku kebijakannya, maka harus ada keberlanjutan yang jelas dan terarah, tidak parsial dan temporer. Hal ini menjadi komitmen bagi Komunitas Literasi yang bergerak di gerakan literasi masyarakat untuk mewujudkan prinsip-prinsip kebermaknaan sehingga program yang dilakukannya mendapatkan kepercayaan dari pihak lain dan program yang dilakukannya akan berdampak. Keberlanjutan (sustainalibiltas) bisa terus dipertahankan jika ada komitmen dari seluruh komponen masyarakat.
4. Kontekstualitas
Kontekstualitas menjadi hal yang tidak boleh diabaikan dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berbasis pada masyarakat. Sebagai pegiat literasi, kita harus memahami nilai-nilai yang terpatri dan dipegang oleh masyarakat dilingkungannya. Selain itu pelbagai konteks lain seperti letak geografis, kebudayaan, norma-norma harus sejalan mengingat komunitas literasi tidak bisa berdaya tanpa ada keterlibatan dari masyarakat sehingga dalam menjalankan kegiatan tentang literasi harus memahami kebutuhan-kebutuhan dasar di lingkungannya.
5.Responsif Kearifan Lokal
Gerakan Literasi Masyarakat akan lebih fungsional dengan lingkungan jika mampu memanfaatkan kearifan lokal sebagai basis kebudayaan nusantara. Kekayaan kebudayaan dapat memperkaya khazanah strategi pengembangan literasi. Dengan menggali kearifan lokal yang terdapat di masyarakat mulai dari tatanan sosial, norma, hukum, hingga produk-produk kesenian akan menggairahkan gerakan literasi sehingga bisa memantik ketertarikan masyarakat untuk ikut terlibat.
Tulisan ini merupakan salinan dari modul Gerakan Literasi Nasional tahun 2017, saya ucapkan terima kasih yang seluas-luasnya kepada para pemerhati pendidikan di Indonesia.