10+ Karakteristik Karya Sastra Pada Periodisasi Balai Pustaka

karakteristik diartikan sebagai Sifat Khas, artinya suatu yang membedakan antara periodisasi sastra angkatan balai pustaka dengan periodisasi lainnya
Jika pada artikel sebelumnya saya sudah membahas tentang Latar Belakang serta sejarah Periodisasi Sastra Balai Pustaka, nah sekarang giliran karakteristik dari karya-karyannya yang mesti juga kita ketahui.
Karakteristik Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka
Perlu diketahui juga, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, karakteristik diartikan sebagai Sifat Khas, artinya suatu yang membedakan antara periodisasi sastra angkatan balai pustaka dengan periodisasi lainnya, dan disetiap angkatan memiliki ciri khas atau karakteristiknya masing masing, berikut ulasannya.

Karakteristik Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka

1. Agak dinamis

2. Bercorak pasif-romantik, ini berarti bahwa cita-cita baru senantiasa terkalahkan oleh adat lama yang membeku, sehingga merupakan angan-angan belaka. Itulah sebabnya dalam mencapai cita-citanya, pelaku utama senantiasa kandas, misalnya dimatikan oleh pengarangnya.

3. Menggunakan bahasa Melayu Baru, yang tetap dihiasi ungkapan- ungkapan klise serta uraian-uraian panjang.

4. Para penyairnya masih banyak yang mempergunakan puisi-puisi lama, pantun, dan syair, seperti terlihat pada karya tulis Sutan Ati, Abas, dan Sutan Pamunjtak.

5. Bentuk puisi barat yang tidak terlau terikat oleh syarat-syarat, seperti puisi lama, mulai dipergunakan oleh para penyair muda. Para penyair baru ini dipelopori oleh Moh. Yamin, yang mempergunakan bentuk sonata dalam kesusastraan Indonesia.

6. Bentuk prosa yang memegang peranan pada masa kesusastraan angkatan Balai Pustaka adalah Roman. Roman angkatan ini bertema perjuangan atau perlawanan terhadap adat istiadat lama, misalnya kawin paksa.

7. Latar belakang sosial sastra periode Balai Pustaka berupa pertentanga paham antara kaum muda dengan kaum tua. Kita bisa mengambil contoh novel Salah Asuhan, Si Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan simpati kepada yang lama, bahwa yang baru tidak semuanya membawa kebaikan.

8. Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas. Pelaku-pelaku novel periode Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-daerah.

9. Peristiwa yang diceritakan sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.

10. Analisis psikologis pelakunya belum dilukiskan secara mendalam.

11. Sastra Balai Pustaka merupakan sastra bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih cenderung pada sesuatu khususnya mengenai permasalahan diatas sehingga terlihat seolah-olah karyanya hanya itu-itu saja atau monoton.

Tulisan Ini disusun oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra, Dosen Pengampu Ahmad Supena, S.Pd., M.A.

Bila ada hal yang salah mohon dikoreksi, melalui kolom komentar, bila ada yang kurang jelas, mari kita diskusikan bersama.
Baca Juga:

Tentang Penulis

Hidup adalah untaian makna dari kata yang ditulis semesta

1 komentar

  1. Makasih kak, sangat membantu dalam tugasku
Mari kita diskusikan bersama...
Gunakanlah kata-kata yang sopan, dengan tidak menggunakan unsur-unsur kekerasan, sara, dan menyudutkan seseorang. Terima Kasih
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
[]